B. Indonesia

Pertanyaan

orientasi resolusi kompikasi pada cerpen pahlawan kecilku

1 Jawaban

  • Matahari mulai menampakan sinarnya.. Rembulan hilang pergi atas kehendakNya… Semilir angin pagi pun membangunkanku
    dari lelapnya tidur yang membuat badanku berhenti sejenak dari berbagai aktivitas yang telah aku lakukan sepanjang hari menjelang… Jendela kamar yang terbuka seakan mengundang sayup-sayup angin pagi lengkap dengan kicauan burung yang sesekali hinggap dan terbang di atas genting kamarku.
    Pemikiranku hilang melayang terbang, entah apa yang akan aku gapai di keheningan pagi yang membuat mataku sudah tak ingin terpejam kembali, namun badanku yang lelah ini seakan berat untuk aku beranjak dari tempat tidurku…

    Di sebrang balkon kamarku, aku melihat ada seorang anak kecil yang mungkin akan menginjak remaja, duduk termenung sendiri di balkon jendela kamarnya, yang ku lihat saat itu raut wajahnya memancarkan kesedihan yang teramat dalam, tak ada satu titik pun cahaya kegembiraan yang terlukis dalam wajahnya, entah musibah apa yang telah menimpa dia.

    Matahari tepat berada di atas kepala, itu menandakan bahwa hari menjelang siang. Seharian aku hanya diam duduk di kamar dengan melihat seorang anak remaja itu. Sesekali aku melamun tak sadar akan keadaan yang ada di sekelilingku, tapi sesekali akupun mendengar keadaan di koridor rumahku yang letaknya tidak jauh dari ruang kamar tidurku. Yang ku dengar hanya bisikan dan hentakan kaki saja, entah apa yang sedang orang lakukan di koridor sana.

    Tak terasa malam menyambutku kembali dengan angin dan keheningannya, bintang-bintang berkelipan menghiasi langit dan menemani sang rembulan yang tak pernah lelah menerangi dunia saat malam tiba, Suara-suara binatang pun tidak mau ketinggalan jadwalnya untuk melengkapi suasana. Dan saat ini malamku terasa lengkap meski tak ada yang menemaniku seperti waktu dulu.

    Seseorang yang menurutku sempurna di mataku saat itu. Aman, nyaman, susah, dan bahagia aku lakukan dengannya. Tapi sekarang aku mulai menjalani hidupku sendiri tanpanya, karena takdir dan waktulah yang telah menyatukan dan memisahkan kita berdua.

    Aku duduk di kursi taman rumahku, langit hitam, sinar rembulan, dan kerlip bintang aku tatap dengan penuh kepastian dalam hatiku. Dalam benak dan pikiranku, yang terlintas hanya dirinya, keadaannya, dan kisah-kisah tentangnya. Beribu pertanyaan aku lontarkan namun tak kunjung ada jawaban sedikit pun.

    Rasanya aku ingin Berteriak sekeras mungkin hingga dia mendengar nya, asik dengan lamunanku, tak sadar di sampingku tiba-tiba ada seorang anak remaja menghampiriku dengan mata yang berbinar dan senyuman tulus. Aku sontak kaget dan aku terus menatapnya, dia duduk di sampingku dan bertanya. “kakak sedang sedih yah memikirkan masa lalu kakak?” aku semakin heran dalam hatiku aku bertanya kenapa dia bisa tau tentang semua itu. “kakak tak perlu sedih, coba kaka berfikir. Apakah di dunia ini hanya ada dia saja seorang? dia mungkin bisa membuat kakak bahagia di waktu itu, tapi sekarang kakak malah merasakan sakit yang begitu menyiksa, dengan perbandingan yang begitu signifikan di antara kedua hal itu”. Aku tambah kaget dengan semua yang ia katakan. kata-kata itu begitu membentur buatku, dengan usia yang jauh lebih muda dariku tapi pikirannya sudah begitu dewasa.
    “perbandingan yang signifikan bagaimana maksudnya?” aku mencoba bertanya dengan penuh rasa heran.
    “coba kakak pikirkan dan renungkan kembali karena kakak yang merasakannya sendiri”. Tiba-tiba anak itu langsung pergi begitu saja, meninggalkan beribu pertanyaan butku.


Pertanyaan Lainnya